Translate

Sekilas Tentang Sakaratul Maut


Yang dialami oleh orang yang sakaratul maut
Di dalam Al-Quran Al-Karim, Allah SWT telah menceritakan bagamana malaikat didatangkan kepada orang yang akan dicabut nyawanya. Dan khusus orang yang zalim, perlakuan malaikat memang cukup kasar dan menciutkan nyali.
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,: “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS. Al-An’am: 93).
Sedangkan kepada orang yang beriman kepada Allah SWT dan menjadi calon penghuni surga, perlakukan malaikat 180 derajat terbalik. Mereka demikian ramah dan baik hati. Kepada mereka Allah SWT mengatakan:
Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.(QS. Al-Fajr: 27 -30).
Sedangkan secara umum dan dari penampilan pisik, ada hadits Rasulullah SAW yang menceritakan bagaimana keadaan orang yang sedang dicabut nyawanya:
Sesungguhnya pandangan seorang mayyit mengikuti ruhnya ketika dicabut (HR. Muslim 920).
Yang dialami orang yang meninggal di alam kubur
Ruh itu lalu naik ke langit dan diperlakukan sesuai dengan amalnya di dunia. Bila ruh itu berasal dari orang yang beriman, maka pintu langit akan dibukakan untuknya dan disambut dengan hangat. Sebaliknya, bila ruh itu dari orang kafir, zalim dan berlumur dosa, maka pintu langit akan tertutup untuknya dan mendapat perlakuan yang hina.
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS Al-A’raf: 40).
Bahkan ruh itu akan dicampakkan dari pintu langit sebagaimana firman Allah SWT:
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS. Al-Hajj: 31).
Dua ayat inilah yang diucapkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadits shahih yang panjang ketika menjelaskan bagaimana ruh orang beriman dan ruh orang jahat. Salah satu potongannya kami nukilkan berikut ini:
Rasulullah SAW bersabda, ”… Lalu ruh jahat itu dikembalikan ke dalam jasadnya dan dua malaikat mendatanginya seraya bertanya, ”Siapakah rabb-mu? Orang itu menjawab,”hah..hah..aku tidak tahu”. Malaikat itu bertanya lagi,”Siapakah manusia yang diutus kepada kalian?”. “hah..hah..aku tidak kenal”, jawabnya. Lalu diserukan suara dari langit bahwa dia telah mendustakan hamba-Ku. Maka dekatlah dengan neraka dan dibukakan pintu neraka hingga panas dan racunnya sampai kepadanya. Lalu kuburnya disempitkan hingga tulang-tulang iganya saling bersilangan. Dan didatangkan kepadanya seorang yang wajahnya buruk, pakaiannya buruk dan baunya busuk dan berkata kepadanya,”Berbahagialah dengan amal jahatmu. Ini adalah hari yang kamu pernah diingatkan. Dia bertanya,”siapakah kamu, wajahmu adalah wajah orang yang membawa kejahatan?” “Aku adalah amalmu yang buruk”. “Ya Tuhan, jangan kiamat dulu”.(HR. Ahmad dalam musnadnya 4/287 hadits no. 4753 dan Abu Daud 4/239 hadits no. 18557 – hadits Shahih).
Bentuk Siksaan di alam kubur
Pertanyaan di dalam kubur dan siksanya ada disebutkan di dalam Al-Quran Al-Kariem.
Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.(QS. Ibrahim: 27).
Dalam asbabun nuzul secara shahih diriwayatkan bahwa yang dimaksud dengan ‘Allah SWT meneguhkan orang beriman dengan ucapan yang teguh’ adalah bahwa mayat orang beriman di kubur itu mampu menjawab dengan mantap tiga pertanyaan malaikat dalam kubur, yaitu tentang siapa tuhanmu, siapa nabimu dan apa agamamu.
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan di kuburnya dan ditinggalkan oleh teman-temannya, maka dia masih mendengar suara sandal mereka.” Imam Bukhari menambahkan, ”Sedangkan orang munafik dan kafir diserukan kepada mereka.”
Apa yang harus dilakukan oleh anak setelah kedua orangtuanya wafat
Yang paling utama adalah mendoakannya, karena doa anak yang shalih adalah hal yang secara sharih disebutkan sangat bermanfaat bagi orang tuanya yang sudah meninggal. Tentu saja anak itu harus anak yang shalih, beriman dan bertaqwa. Karena hanya doa orang yang dekat dengan tuhannya saja yang akan didengar. Jadi kalau anaknya jarang sholat, tidak pernah mengaji, buta ajaran agama dan asing dengan syariat Islam, lalu tiba-tiba berdoa, bagaimana Allah SWT akan mendengarnya. Sementara makanannya makanan haram, bajunya haram, mulutnya tidak lepas dari yang haram.
Selain itu anak yang sholih bisa saja mengeluarkan infaq, shadaqah dan ibadah maliyah lainnya yang diniatkan untuk disampaikan pahalanya kepada orang tuanya. Tentang sampainya pahala ibadah maliyah dari orang yang masih hidup untuk orang yang sudah wafat, ada banyak dalilnya. Di antaranya adalah:
”Seseorang tidak boleh melakukan shalat untuk menggantikan orang lain, dan seseorang tidak boleh melakukan shaum untuk menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan makanan untuk satu hari sebanyak satu mud gandum. (HR An-Nasa’i).
Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa Saad bin Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak ada ditempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW untuk bertanya: ”Wahai Rasulullah SAW sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang saya tidak ada di tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya bermanfaat baginya? Rasul SAW menjawab: Ya, Saad berkata: ”Saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya” (HR Bukhari).
Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa bukan hanya ibadah maliyah saja yang bisa disampaikan pahalanya kepada orang wafat, namun ibadah badaniyah pun bisa dikrimkan pahalanya untuk orang yang sudah wafat. Dalilnya adalah nash berikut:
Dari ‘Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa yang meninggal dengan mempunyai kewajiban shaum (puasa) maka keluarganya berpuasa untuknya” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits ini adalah hadits shahih yang menyebutkan bahwa pahala puasa sebagai ibadah badaniyah bisa dikirimkan untuk orang yang sudah wafat. Selain itu pahala itu adalah hak orang yang beramal. Jika ia menghadiahkan kepada saudaranya yang muslim, maka hal itu tidak ad halangan sebagaimana tidak dilarang menghadiahkan harta untuk orang lain di waktu hidupnya dan membebaskan utang setelah wafatnya.(Dikutip dari berbagai sumber)
Read more »»  

Azab kubur dan nikmat kubur di alam barzah


Azab kubur Dan Nikmat Kubur Di Alam Barzah



Alam Barzakh, Adzab Kubur yang Menakutkan atau Nikmat Kubur yang Menyenangkan

Allah Subhanahu wa Ta’ala di awal surat Al-Baqarah menyebutkan sifat hamba-hamba-Nya yang bertakwa bahwa mereka beriman kepada yang ghaib serta memiliki amalan-amalan yang nampak maupun tidak nampak. Karena kata takwa mencakup semua hal itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ

“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib.” (Al-Baqarah: 3)

Karena, hakikat iman itu adalah pembenaran secara total terhadap segala yang diberitakan oleh para rasul (dalam perkara yang ghaib) yang mengandung konsekuensi ketaatan seluruh anggota tubuh. Sehingga bukanlah termasuk iman yang benar, keyakinan terhadap hal-hal yang hanya bisa disaksikan oleh panca indera saja. Karena tidak akan terbedakan antara yang mukmin dan yang kafir dalam perkara tersebut. Hanya saja permasalahan iman itu ialah terhadap perkara ghaib, yang kita tidak bisa melihat dan merasakannya dengan panca indera yang lainnya.

Kita beriman terhadap yang ghaib itu hanyalah karena adanya berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam semata. Inilah iman yang akan membedakan antara orang yang mukmin dengan orang kafir. Sehingga, seorang mukmin akan beriman kepada seluruh perkara yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sama saja baginya, apakah dia mampu mengetahuinya dengan panca inderanya atau tidak. Sama saja baginya, apakah akalnya mampu menjangkaunya atau tidak. Sikap seorang mukmin yang demikian ini berbeda dengan sikap orang-orang zindiq (munafik) yang mendustakan perkara-perkara ghaib karena telah rusak akalnya. Mereka mendustakan perkara-perkara ghaib tersebut karena akalnya tidak mampu menjangkaunya. Rusaklah akalnya dan kacaulah pemikirannya. Sedangkan akal seorang mukmin menjadi bersih dan suci dengan bimbingan wahyu ilahi.

Termasuk beriman dengan perkara ghaib adalah beriman dengan seluruh perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan berupa berbagai peristiwa yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Demikian pula hal-hal yang akan terjadi di akhirat nanti. (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 40)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Termasuk beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan seluruh perkara yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan berupa hal-hal yang akan terjadi setelah kematian. Sehingga, Ahlus Sunnah beriman kepada adanya fitnah (ujian pertanyaan) di kubur dan azab kubur.”


Dalil-dalil dari Al-Qur’an tentang Azab Kubur

Di antara dalil-dalil yang menunjukkan adanya azab kubur dari Al-Qur’an adalah sebagai berikut:

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَوَقَاهُ اللهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ. النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras’.” (Ghafir: 45-46)

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Ayat ini adalah dalil yang paling kuat bagi Ahlus Sunnah untuk menetapkan adanya azab kubur, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Ghafir: 46)

Yakni, diperlihatkan kepada mereka neraka di pagi dan sore hari.

2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَذَرْهُمْ حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ. يَوْمَ لَا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ. وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Ath-Thur: 45-47)

Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: “Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, kemungkinan yang dimaksud adalah mereka diazab di dunia dengan dimatikan atau yang lainnya. Kemungkinan (yang kedua) mereka diazab di alam barzakh. Makna yang kedua ini yang lebih nampak jelas, karena kebanyakan mereka mati dalam keadaan belum diazab di dunia. Atau kemungkinan (ketiga) maksudnya adalah umum, yaitu azab di dunia dan di akhirat (termasuk azab kubur).” (Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 612-613)

3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ

“Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (At-Taubah: 101)

Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami rahimahullahu berkata: “Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Abu Malik, Ibnu Juraid, Al-Hasan Al-Bashri, Sa’id, Qatadah, dan Ibnu Ishaq rahimahumullah, mereka mengatakan (yang kesimpulannya) bahwa yang dimaksudkan dengan ayat tersebut adalah azab di dunia dan azab di kubur. Kemudian mereka dikembalikan ke azab yang besar yaitu neraka jahannam.” (Ma’arijul Qabul, 2/719)

4. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (As-Sajdah: 21)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Al-Bara’ bin ‘Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah berkata bahwa yang dimaksud adalah azab kubur.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/405)

Dalil-dalil dari As-Sunnah

Asy-Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami rahimahullahu berkata: “Dalil-dalil dari As-Sunnah yang menunjukkan adanya azab kubur sungguh telah mencapai derajat mutawatir, karena para imam As-Sunnah, para periwayat hadits dan para pakarnya (kritikus, penelitinya) dari sejumlah besar kalangan sahabat (telah meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam). Di antaranya Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Al-Bara’ bin Azib, Umar bin Al-Khaththab, Abdullah bin Umar, Aisyah, dll g. (Ma’arijul Qabul, 2/721)

1. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda;

وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam riwayat Muslim, dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ الَّذِي أَسْمَعُ

“Kalau kalian tidak saling menguburkan (jenazah), sungguh aku akan meminta kepada Allah agar memperdengarkan sebagian azab kubur yang aku dengar kepada kalian.”

2. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

مَرَّ النَّبِيُّ n بِقَبْرَينِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ. فَأَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَا فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau l bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diazab, dan tidaklah keduanya diazab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia.” Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan azab tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.” (Muttafaqun ‘alaih)

3. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:

دَخَلْتُ عَلَى يَهُودِيَّةٍ فَذَكَرَتْ عَذَابَ الْقَبْرِ فَكَذَّبْتُهَا فَدَخَلَ النَّبِيُّ n عَلَيَّ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّهُمْ لَيُعَذَّبُونَ فِي قُبُورِهِمْ حَتَّى الْبَهَائِمَ تَسْمَعُ أَصْوَاتَهُمْ

Aku masuk kepada seorang wanita Yahudi, kemudian dia menceritakan azab kubur, maka aku mendustakannya. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk kepadaku, aku pun menceritakan kejadian itu kepada beliau. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh mereka akan diazab di kubur mereka, sehingga hewan-hewan pun mendengarkan jeritan-jeritan mereka.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Berlindung Dari Azab Kubur

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari azab kubur dan memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang azab kubur, maka beliau menjawab:

نَعَمْ، عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ x: فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ n بَعْدُ صَلَّى صَلَاةً إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya. Azab kubur itu benar adanya.” Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Setelah kejadian tersebut, aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat kecuali berlindung dari azab kubur.” (HR. Al-Bukhari no. 1049)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّال

“Apabila salah seorang kalian bertasyahud, hendaklah dia meminta perlindungan dari empat perkara, hendaknya dia berdoa: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejelekan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dalam riwayat lain di Shahih Muslim:

إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ …

“Apabila dia selesai dari tasyahud akhir….”

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ n كَانَ يُعَلِّمُهُمْ هَذَا الدُّعَاءَ كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ

“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa ini kepada mereka (para sahabat) sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan sebuah surat dari Al-Qur’an.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i)

Dikutip dari: www. Asysyariah.com Penulis : Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan, Judul : Alam Barzakh, Adzab Kubur yang Menakutkan atau Nikmat Kubur yang Menyenangkan
Read more »»  

Kami Anak Rohis


Kami anak ROHIS. Akidah kami bersih terhadap hal-hal yang bersifat magis. Baik itu jimat, wapak, jirim, ataupun keris apalagi penggaris. Pedoman hidup kami adalah Al Qur'an dan Al Hadits. Kami bukan kalangan alkoholis. Boro-boro untuk beralkohol ria, untuk uang jajan pun kami masih mengemis.


Kami anak ROHIS. Ada seorang nenek bernama Sydney Jones yang menuduh kami radikalis. Padahal kami hanyalah sekumpulan aktivis. Tentunya aktivis Islam bukannya aktivis secularis, pluralis, liberalis, apalagi satanis. Kami hanya dapat berharap mudah-mudahan masyarakat tidak termakan isu tersebut yang buat kami menjadi miris.

Kami anak ROHIS. Dandanan kalangan pria kami atau biasa disebut ikhwan umumnya khas dengan jenggot klimis nan tipis. Sedangkan kaum hawa atau akhwatnya biasanya terlihat dengan jilbabnya yang terlihat maksimalis. Tapi hal itu tidaklah mutlak, so santai saja buat para bro n' sis.

Kami anak ROHIS. Murobbi kami selalu bercerita bahwa kami adalah pewaris. Pewaris risalah para nabi dan Rosul dari zaman nabi Adam sampai sayyiduna Muhammad SAW Al-Quraisy. Untuk itulah kami dididik menjadi pemuda yang loyalis. Loyalis kepada Allah dan Rosul-Nya serta berlepas dari paham-paham yang tidak Islamis.

Kami anak ROHIS. Bukanlah segerombolan selebritis. Yang kerjaannya update status di jagad virtual agar dibilang eksis. Yang cuman bisa basa-basi kebaikan share pilu, nestapa, atau apa saja hal-hal yang berbau melankolis. Buat kami yang terpenting adalah aksi nyata bukan bualan besar yang manis serta bombastis.

Kami anak ROHIS. Tongkrongan kami jauh dari kafe, mal, bar, diskotik ataupun di halte bis. Biasanya kami paling suka duduk di masjid atau juga di majelis-majelis. Kami selalu menjaga diri kami dari hal-hal yang bersifat najis. Baik najis jasmani ataupun psikis.

Kami anak ROHIS. Kami diajarkan untuk dapat bersifat altruis. Dan membuang jauh-jauh sifat egois. Kami juga diajarkan untuk menjadi golongan yang mukhlis. Tidak mengharapkan imbalan dari manusia yang sifatnya materialis. Walaupun kadang kali uang jajan kami menjadi habis. Tapi, tak apalah yang penting balasan dari Allah berupa surga lengkap dengan para bidadari’s.

Kami anak ROHIS. Karakter masing-masing kami tidaklah sama seperti halnya kue lapis. Ada yang bawaannya serius, rajin, rapat tidur mulu juga ada, ataupun yang humoris. Akan tetapi kami juga dibekali ilmu untuk selalu bersikap idealis. Jangan jadi orang yang pragmatis plus oportunistis. Takutnya malah jadi orang-orang yang ikut ketularan virus liberalis. Yang kadang kalo ngomong suka bikin mengekerut alis.

Kami anak ROHIS. Pada kesempatan kali ini kami ingin mengatakan bahwa KAMI BUKAN TERORIS! Jangan juga men-cap kami sebagai ekstrimis. Hanya dikarenakan perubahan tingkah laku kami yang mungkin terlihat agak lebih agamis. Padahal teroris tulen bin sejati adalah para kaum zionis bengis rasis dan kolonialis.

Kami anak ROHIS. Kami juga ditanamkan nilai-nilai zuhud atau bahasa kerennya adalah askestis. Kami juga menjauhi hal-hal yang sifatnya glamoris. Kami berusaha untuk sejauh mungkin tidak menjadi kaum borjuis. Karena khawatir terkena penyakit wahn atau istilah lainnya hedonis.

Kami anak ROHIS. Kami juga manusia bukannya malaikat yang selalu tampil perfeksionis. Tak sedikit pula diantara kami yang takluk terhadap godaan sang iblis. Dan mereka-mereka itu pun episode dakwahnya berakhir dengan sangat tragis. Yang kalau dituliskan di sini dapat membuat mata menangis.

Kami anak ROHIS. Beberapa kami juga diberikan bakat berbisnis. Selain bisnis ada juga yang bakat menulis. Dan tulisan ini dibuat bukan untuk sekedar narsis-narsis. Ya, ini hanya dibuat sekedar berbagi tentang profil ROHIS.
sumber: www.islamedia.com
Read more »»  

12 Ciri Sahabat Sejati

                                          12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam al-Ghazali

Ingatlah kapan terakhir kali Anda berada dalam kesulitan.
Siapakah yang berada di samping Anda?
Siapakah yang mengasihi Anda ketika Anda merasa tidak dicintai?
Siapakah yang tetap bersama Anda, bahkan ketika Anda tak bisa memberikan apa-apa?
Itulah SAHABAT Anda.
Bagaimanakah kita bisa mengukur persahabatan sejati itu?

Mari kita simak 12 Ciri Sahabat Sejati Menurut Imam al-Ghazali di bawah ini:
01.Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu;
02.Jika engkau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan membalas balik persahabatanmu itu;
03.Jika engkau memerlukan pertolongn darinya, maka ia akan berupaya membantu sesuai dengan kemampuannya;
04.Jika engkau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut dengan baik;
05.Jika ia memproleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan menghargai kebaikan itu;
06.Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik dari dirimu, maka akan berupaya menutupinya;
07.Jika engkau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya­ dengan sungguh-sungguh­;
08.Jika engkau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan menanyakan kesulitan yang kamu hadapi;
09.Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk meringankan kesusahanmu itu;
10.Jika engkau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu;
11.Jika engkau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan membantu rencana itu;
12.Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau berselisih paham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk menjaga.

Ingatlah kapan terakhir kali Anda berada dalam kesulitan.
Siapakah yang berada di samping Anda?
Siapakah yang mengasihi Anda ketika Anda merasa tidak dicintai?
Siapakah yang tetap bersama Anda, bahkan ketika Anda tak bisa memberikan apa-apa?

Itulah SAHABAT Anda.

Apakah kita telah memiliki sahabat sejati seperti itu?
Bukankah lebih baik jika kita introspeksi diri dulu, apakah diri kita sudah layak disebut sebagai sahabat sejati?

Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita.
Dalam masa kesulitan, kita mengenal siapa sahabat kita.

Insya Allah^_^
Read more »»  

Rahasia Hidup Berkah dengan 7 Sunah Nabi

Cerdasnya orang yang beriman adalah, dia yang mampu mengolah hidupnya yang sesaat & yang sekejap untuk hidup yang panjang.

Hidup bukan untuk hidup, tetapi hidup untuk Yang Maha Hidup. Hidup bukan untuk mati, tapi mati itulah untuk hidup.

Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan lupakan mati, tapi rindukan mati. Karena, mati adalah pintu berjumpa dengan Allah SWT. Mati bukanlah akhir cerita dalam hidup, tapi mati adalah awal
cerita sebenarnya, maka sambutlah kematian dengan penuh ketakwaan.

Hendaknya kita selalu menjaga tujuh sunnah Nabi setiap hari. Ketujuh sunnah Nabi SAW itu adalah:

Pertama,
Tahajjud karena kemuliaan seorang mukmin terletak pada tahajjudnya.

Kedua,
membaca Al-Qur’an sebelum terbit matahari. Alangkah baiknya sebelum mata melihat dunia, sebaiknya mata membaca Al-Qur’an terlebih dahulu dengan penuh pemahaman.

Ketiga,
Jangan tinggalkan masjid terutama di waktu shubuh. Sebelum melangkah kemana pun langkahkan kaki ke masjid, karena masjid merupakan pusat keberkahan, bukan karena panggilan muadzin tetapi panggilan Allah yang mencari orang beriman untuk memakmurkan masjid Allah.

Keempat,
jaga shalat Dhuha karena kunci rezeki terletak pada shalat dhuha.

Kelima
jaga sedekah setiap hari.
Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari.

Keenam
jaga wudhu terus menerus karena Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, “Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu shalat walau ia sedang tidak shalat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya
Allah”.

Ketujuh, amalkan istighfar setiap saat.
Dengan istighfar masalah akan ALLAH selesaikan dan dosa kita akan diampunkan oleh Allah. InsyaALLAH

wallahua'lam bish-shawab.

sumber: zilzaal.blogspot.com
Read more »»  

Alam Barzah


Sekilas Tentang Alam Barzakh

Apabila mata dan telinga manusia setelah kematian (di alam barzakh) akan terbuka, lalu mengapa keduanya bertanya tentang orang-orang hidup atau orang-orang yang baru meninggal (orang-orang yang meninggal di alam barzakh)?!
Terbukanya pandangan barzakhi setelah kematian merupakan sebuah perkara yang berlaku secara umum; artinya seluruh manusia ketika mengalami kematian, akan menyaksikan malaikat pencabut nyawa sesuai dengan amal perbuatannya. Mereka bercakap-cakap dan mendengar suaranya. Dan setelah kematian akan menjelma dan dalam bentuk terbatas dan sesuai dengan kehidupan barzakhi akan dihadirkan di hadapan mereka. Manusia dengan kematian, realitas tentang adanya kehidupan setelah kematian dan sebagian janji-janji para nabi dan wali dengan pandangan barzakhinya melihat keberadaan malaikat, akan sampai pada tapal batas keyakinan.
Namun berita tentang keluarga, sanak famili, sahabat dan dunia (yang ditinggalkan) tidak bersifat umum. Luas-sempitnya tergantung pada kadar amal perbuatan orang tersebut; sebagaimana percakapan dengan orang yang baru saja meninggal ihwal ahli dunia tidak dapat dilakukan oleh semua orang mati; melainkan sesuai dengan riwayat yang dapat digunakan, perkara ini terkhusus bagi penduduk surga di alam barzakh bukan seluruh orang mati; namun para wali Allah lebih tinggi dari mereka dan tidak memerlukan untuk bertanya kepada orang lain!
Dengan demikian, banyak rahasia yang tertimbun yang tidak akan terungkap pada alam barzakh dan tatkala manusia memasuki gelanggang kiamat akan nampak seluruh rahasia tersebut. Hari itu adalah hari yang disebut dalam kitab suci sebagai "yauma tubla al-sarair", hari dimana seluruh rahasia terungkap dan terbongkar.

Penjelasan Detail:

Manusia memiliki tingkatan-tingkatan takwini dan jalan yang beragam: Pada tingkatan penciptaan manusia pertama-tama ia mineral kemudian menjadi tumbuhan (nabat) kemudian menjelma menjadi hewan. Dan setelah berbentuk nutfah yang bermukim dalam rahim dan tingkatan-tingkatan penciptaan badannya sampai pada tingkatan yang diperlukan, dihembuskan padanya ruh Ilahi dan kemudian mendapatkan kehidupan insaniah. Manusia, setelah melewati masa janin, akan menempuh tingkatan lainnya yang disebut sebagai dunia (kehidupan dekat atau rendah). Setelah beberapa lama (60-70 tahun) atau kurang-lebihnya lebih lama, ia akan berpindah memasuki dunia lainnya yang bernama barzakh (terminal antara dunia dan kiamat). Dimana perbandingan antara dunia dan barzakh ibarat dunia dan rahim ibu yang tidak dapat digambarkan dan diilustrasikan secara sempurna. Kemudian setelah itu, seiring dengan berakhirnya usia dunia, seluruh manusia – secara kolektif dan berjamaah – akan berpindah memasuki alam konstan dan tetap bernama masyhar dan kiamat.
Hubungan kiamat dan barzakh adalah laksana hubungan barzakh dan dunia. Pada hari kiamat dan barzakh segalah urusan manusia akan tampak kasat-mata yang tidak dapat digambarkan bagi manusia pada kehidupan dunianya, sebagaimana gambaran dunia dan apa yang ada di dalamnya tidakd dapat digambarkan oleh janin pada alam rahim.
Manusia yang tertawan dalam batasan persepsi dan indrawi kemudian tidak melesak terbang dengan sayap wahyu, akal menuju dunia gaib, dan tidak mendapatkan kebenaran pewarta yang benar seperti para nabi dan wali Allah, maka ia tidak dapat menerima kehidupan setelah kematian baik di alam barzakh atau pun di alam kiamat. Padahal mau-tidak-mau, orang tidak dapat menghindar dan lari dari kematian dan perpindahan dua tingkatan setelahnya; karena kematian salah satu pendahuluan Ilahi dimana setiap eksisten bumi cepat atau lambat akan berhadapan dengan kematian. Dan tiada seorang pun manusia, bahkan yang paling dicintai Tuhan sekali pun, tidak terkecuali dalam urusan ini.  Allah Swt menegaskan bahwa: "Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelummu (Muhammad). Maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." (Qs. Al-Anbiya [21]:34-35)
Mereka yang meyakini dengan syuhud-nya atau dengan meyakini berita yang disampaikan para nabi terhadap kematian, kehidupan setelahnya, menyiapkan diri mereka untuk menyongsong kematian. Serta menyiapkan diri dengan yang sesuai dengan kondisi alam akhirat yaitu iman dan amal shaleh. Sekali-kali tiada ketakutan pada diri mereka terhadap tingkatan ini. Bahkan mereka merindukan kematian. Karena mereka tahu bahwa dengan kematian seluruh kesempitan dan segala kesusahan dunia akan berganti dengan kelapangan dan kesenangan semata.
Sebagaimana janin yang berpindah dari kesempitan rahim melangkah memasuki lapangnya dunia. Akan tetapi orang yang tidak memandang penting masalah ini, tatkala kematian menjemputnya dan tingkatan selepasnya hingga ia sampai pada batas keyakinan terhadap masalah ini, karena kehadiran malaikat maut dan perlakuan malaikat maut terhadap diriya dan terputusnya segala keterikatan duniawi ia jumpai dengan segala wujudnya.
Ia melihat bahwa ia masih hidup, namun berbeda sama sekali dengan kehidupan sebelumnya dimana raganya telah berpisah dengan seluruh kerabatnya – apabila ia seorang muslim dan taat beragama – yang akan memandikan, mengkafani, menyemayamkan dan pada akhirnya menguburkannya, tanpa ada seorang pun yang memperhatikan teriakan, jeritan dan permohonannya;  Karena hati mereka terpaut di dunia dan tidak mengetahui peristiwa yang terjadi setelahnya. Sebagaimana ia tidak mengetahui ihwal dunia orang-orang yang telah meninggal semasa hidupnya – mereka melihatnya dan mengenalnya dan berupaya untuk menjalin hubungan denganya, namun mereka tidak memahaminya dan tidak memandangnya kecuali seonggok jasad kering yang apabila dibiarkan begitu saja akan menebarkan bau dan membusuk.
Ia akan sendiri dalam kubur, malaikat Munkar dan Nakir datang menghampirinya untuk menjalankan proses tanya-jawab, apabila ia seorang durjana maka pintu untuk masuk ke neraka akan dibukakan baginya dan dimulailah azab dan siksaan baginya; artinya dengan melihat tempat kediamannya di neraka, merasakan panas dan azab ia akan menderita hingga hari kiamat dan pada akhirnya ia memasukinya. Dan apabila ia adalah seorang mukmin, maka ia hanya akan ditanya, dan dari kuburnya ia akan mengadakan kontak dengan kediamannya di surga. Di tempat ini ia akan merasakan ketenangan dan kenyamanan hingga hari kiamat dan kemudian melenggang masuk ke dalamnya. Dengan demikian, kubur dan barzakh atau lubang dan jendela untuk menyaksikan nikmat dan surga atau gerbang untuk memasuki azab dan neraka.
Karena itu, setiap manusia setelah mati pandangannya akan terbuka dan kehidupan pasca kematian dan segala konsekuensinya dengan mata kepala ia saksikan sehingga tidak tersisa lagi ruang untuk mengingkarinya. Segala perbuatan yang dilakukan di dunia kini hadir di hadapannya dan menjadi sebab kegembiraan atau kesedihannya. Ketidaksetiaan dunia dan ketergantungan kepadanya seperti popularitas, nama, kebiasaan, ijazah, uang, pangkat dan kedudukan semuanya terekam dengan baik untuknya. Dan tidak tersisa baginya kecuali penyesalan. Apabila ia adalah orang fasik dan kafir ia akan menyesali mengapa ia tidak beriman dan tidak memikirkan tentang hari ini. Apabila ia adalah orang beriman dan berbuat kebaikan, ia akan menyesali, sekiranya ia lebih banyak beramal kebaikan dan lebih banyak mengumpulkan bekal sehingga derajatnya lebih tinggi dan sebarisan dengan para wali Tuhan.
Akan tetapi terbukanya pandangan barzakhi ini bersifat umum dan menyeluruh, kendati pandangan tersebut berbeda dan beragam rupanya. Misalnya seseorang yang tinggi ketergantungannya kepada dunia, sehingga untuk meyakini kematian, berkorban, meninggalkan dunia dan seluruh perkara duniawi memerlukan waktu yang panjang. Dan orang-orang yang berada pada level rata-rata, nampaknya tenggelam pada tidur mereka sehingga matanya tidak pernah bermimpi, apakah ia mendapatkan nikmat atau memperoleh azab. Setelah melintasi tingkatan pertama, terlepasnya jiwan, dan memasuki liang lahat, maka ia tidak akan mencerap secara khusus kehidupan barzakhi.
Akan tetapi mereka yang meninggalkan dunia ini dengan iman sempurna dan mengerangka jiwa serta menguatkan ruhnya dan menyiapkan dirinya untuk menyongsong akhirat – karena ia meyakininya – pada kediaman tersebut juga ia dapat menjalin hubungan dengan ruh kaum mukminin dan mencari tahu tentang kabar dan berita ihwal sahabat mereka di dunia. Ia bersua dengan ruh-ruh kaum mumkminin yang lain dengan perasaan riang dan gembira dan beroda untuk orang-orang hidup. Karena itu, bersua dengan yang lain dan saling menanyakan kabar orang lain terkhusus bagi orang-orang yang memiliki derajat iman dan amal shaleh yang tinggi.
Imam Shadiq As bersabda: “Tatkala anak manusia memasuki alam kubur dan barzakh, para penghuni barzakh akan datang menjumpainya. Dan sebagian menenangkannya sehingga secara perlahan ia menyesuaikan diri dengan dunia barunya. Karena ia telah melewati ketakutan besar dan melelahkan liang kubur, pertanyaan, tekanan dan sebagainya. Kemudian, mereka mendekat kepadanya dan bertanya tentang teman dan sahabatnya. Apabila dijawab bahwa ia masih di dunia, maka mereka akan berharap bahwa setelah kematian ia akan menyusul mereka; Apabila jawabannya: Sebelumnya telah meninggal, saat itu penghuni barzakh berkata bahwa ia telah jatuh. Yaitu telah  terpuruk dan terjerembab dalam azab Ilahi dan kalau tidak pastilah ia berada di sisi kami.[1]
Dalam kitab “Al-Kafi” dinukil dari Ishaq bin Ammar: Aku bertanya keapda Abul Hasan (Imam Kazhim As) apakah seseorang yang meninggal dunia ia menjumpai keluarganya atau tidak? Imam Musa Kazhim bersabad: “Iya.” Kemudian aku bertanya lagi, Berapa lama? Imam bersabda: “Sesuai dengan kedudukannya di sisi Tuhan, setiap minggu, setiap bulan atau setiap tahun….”[2]
Kembali dalam “Kafi” dinukil dari Imam Shadiq As bahwa: “Tiada seorang pun mukmin atau kafir tatkala hadir di hadapan Tuhan yang tidak hadir di sisi keluarga mereka. Ketika mukmin melihat keluarganya yang sedang mengerjakan amal shaleh, ia berucap syukur kepada Allah dan tatkala kafir melihat keluarganya mengerjakan amal shaleh, ia mengungkapkan penyesalan.”[3]
Lebih tinggi dari orang-orang seperti ini, adalah para wali Allah dimana ruhnya setelah kematian dan terlepasnya raga materi, akan semakin kuat dan melakukan kegiatan yang lebih luas. Karena pelbagai rintangan seperti taqiyah dan semisalnya telah hilang. Kelompok ini tatkala kematian menjemput seorang mukmin, mereka akan mendekatinya dan memudahkan proses sakaratul maut baginya. Di alam kubur, ia  menjadi sahabatnya, dan melepaskannya dari azab dan ketakutan.
Setelah melintasi tingkatan-tingkatan awal, ia akan bergabung dengan sahabat-sahabatnya yang lain. Karena itu, kelompok ini tidak lagi memerlukan pengabaran dari ruh-ruh yang lainnya terkait orang-orang hidup; karena orang-orang besar ini berkuasa atas dunia dan barzakh dan mereka tidak lalai dari kondisi dan keadaan kaum mukmin sejati khususnya mereka yang berhubungan dengannya, dan menjadi pelayan dan berperantara kepada mereka, sehingga mereka memerlukan pengabaran dan pewartaan tentang kondisi mereka.
Sebagai kesimpulan harus dikatakan, kendati terbukanya pandangan barzakhi berlaku secara umum, akan tetapi pandangan ini berbeda pada setiap orang dan hal ini berlaku bagi setiap manusia.
Bagi orang-orang mustad’af (budaya – keyakinan) dan anak-anak kecil dan orang-orang semisalnya tingkatan mereka sangat lemah. Bagi para wali Allah dan kaum kafir penentang berada pada tingkatan yang lebih tinggi – mereka (para wali Allah) pada puncak kenikmatan dan kaum kafir penentang ini berada pada puncak siksaan -  dan  untuk yang lain berdasarkan kedudukan, kegiatan, akhlak, dan keyakinan dan mendapatkan berita tentang kehidupan hanya berkenaan dengan sebagian kaum mukmin bukan semuanya.
Dengan kata lain, pelbagai kondisi setelah kematian – pada barzakh dan kiamat – manifestasi batin keyakinan, akhlak dan amal-perbuatan manusia di dunia dan tidak lain dari hal ini. Apabila di dunia memiliki iman, amal shaleh, kelapangan jiwa, di alam barzakh dan kiamat juga akan demikian adanya. Akan tetapi apabila di dunia ia berpikir picik atau menentang dan bersikap keras kepala, dirinya bertemankan dengan sifat-sifat hewan dan binatang, di dunia yang lain juga mereka akan menjelma sedemikian. Dan akan mendapatkan azab dan menjadi sebab penyesalannnya; karena dunia adalah ladang akhirat. Dan apa pun yang dilakukan untuk memperelok rupa dan lakunya, di sana akan hadir dan tampak. Karena itu, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni surga. Para penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-Hasyr [58]:18-20)
Karena itu, banyak rahasia yang tertimbun yang tidak menjadi jelas setelah kematian. Dan tatkala manusia memasuki gelanggang kiamat kubra, akan Nampak baginya. Hari itu adalah “hari tatkala seluruh rahasia tersingkap” (Qs. Al-Thariq [86]:9) dan seluruh rahasia akan tersingkap. [Indonesia.islamquest.net] 
Referensi untuk telaah lebih jauh:
1. Hayât Pas az Marg, Ali Muhammad Asadi
2. Sireh Payâmbaran dar Qur’ân, Abdullah Jawadi Amuli.
3. Shurat wa Sirat Insân dar Qur’ân, Abdullah Jawadi Amuli.
4. Ma’âd Syinâsi, Muhammad Husain Husaini Tehrani.
5. Haqq al-Yaqin, Abdullah Syubbar.
6. Hayât-e Pas az Marg, Muhammad Husain Thabathabai
7. Haqq al-Yaqin, Faidh Kasyani.
Catatan Kaki:

[1] Allamah Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 6, hal. 249-250, 269; Faidh Kasyani, ‘Ilm al-Yaqin, jil. 2, hal. 871.  
[2] Sayid ‘Abdullah Syubbar, Haqq al-Yaqin, jil. 2, hal. 67; Allamah Thabathabai, Hayat-e Pas az Marg.  
[3] Ibid.
Read more »»  
Diberdayakan oleh Blogger.

up